Jeanne Calmet, yang dinobatkankan oleh Guinnes Book of Record edisi Inggris sebagai orang tertua di dunia, memberikan resep sederhana tentang rahasia umurnya yang panjang. “Saya banyak tersenyum, dan itulah cara saya bertahan hidup,” ungkapnya. Calmet merupakan contoh orang yang berkepribadian kuat. Dia selalu berusaha mengatasi stres dan rasa sedih. Hingga usia 116 tahun, ia masih sanggup mengayuh sepeda, menghisap rokok, dan minum segelas anggur setiap hari.
Ternyata senyum memberikan pengaruh yang positif terhadap kehidupan manusia. Bahkan senyuman bisa menjadi jamu awet muda, seperti penemuan ilmuwan Amerika, bahwa orang yang sering tersenyum mempunyai sedikit kerut di wajah. Soalnya 17 otot yang dipakai kala kita memperlihatkan mimik gembira, membentuk suatu jaringan-jaringan yang mengencangkan kulit. Orang yang suka mengeluh memerlukan 43 otot yang tidak ada hubungannya satu sama lain dan menyebabkan kerut-kerut yang dalam. Ternyata garis-garis di wajah akan makin dalam terbentuk apabila kita marah, stres, atau dirundung kesedihan.
Senyuman memang bukan sesuatu yang berharga, akan tetapi mengandung keuntungan yang banyak. Orang yang menerima senyuman akan merasa mendapat kekayaan, sedang orang yang memberikannya tidak akan merasa rugi. Orang yang sekaya-kayanya akan merasa miskin jika ia tidak bisa tersenyum. Sebaliknya orang yang semiskin-miskinnya akan merasa kaya, kalau ia selalu tersenyum. Senyuman memberikan kebahagiaan dalam rumah tangga, menimbulkan semangat dalam bekerja dan menjadi perekat dalam persahabatan.
Senyuman itu ibarat perhiasan batin yang mempercantik perhiasan lahir yang kurang menarik. Seseorang yang cantik atau ganteng akan terlihat tidak menarik jika wajahnya jarang sekali tersenyum. Tetapi orang yang secara lahiriah tidak cantik atau ganteng akan terlihat menarik jika wajahnya selalu menampakan senyuman. Sayang, banyak yang tidak menyadari perhiasan batin ini. Kebanyakan orang lebih suka mempercantik diri dengan merias wajah, menata rambut, memakai pakaian bagus dan mahal, menggunakan perhiasan mahal dan sebagainya. Padahal secara naluriah, orang lebih suka bergaul dengan orang yang biasa-biasa saja namun ramah senyuman daripada dengan orang yang perlente tapi angkuh.
Apabila Anda bertamu ke rumah seorang kenalan, Anda akan merasakan waktu sejam terasa sepuluh menit jika si tuan rumah menyambut dan berbicara pada Anda dengan senyuman. Tetapi kalau Anda disambut dengan raut cemberut, maka Anda akan merasakan waktu semenit terasa sejam. Contoh lain, seorang ibu yang marah pada anaknya yang balita karena memecahkan piring atau mengotori lantai. Akan tetapi, apabila dari mulut anak itu tersungging sebuah senyuman, maka kemarahan si ibu akan lenyap seketika.
Tetapi, senyuman yang dipaksakan justru akan terlihat semakin tidak menarik. Semua orang dapat menilai mana senyuman yang asli yang keluar dari lubuk hati dan mana senyuman yang palsu yang dibuat-buat. Mengapa senyuman tidak bisa dibuat-buat, karena senyuman adalah cermin dari perasaan gembira. Jika perasaan sedang marah maka senyumannya akan terlihat palsu. Oleh karena, kita wajib selalu gembira di setiap waktu.
Lalu, bagaimana caranya supaya kita senantiasa tetap gembira?
kendalikan perasaan dan juga kehidupan ke arah yang positif. Dengan pikiran, kita dapat mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau bosan menjadi penuh gairah. Seperti kata Marcus Aurelius, seorang filsuf, bahwa "Hidup kita ditentukan oleh pikiran".
Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi senang. jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan, kita akan menjadi takut. Stanley R. berpendapat, "Pada saat keluar rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu akan menjadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat tergantung pada cara kita berpikir."
Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling membosankan. Atau kita masih belum juga mendapatkan pasangan hati, hidup terasa hampa. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan melihat bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil merasakan kesejukan embun, tanpa memikirkan kantung yang semakin menipis atau jodoh yang belum kunjung tiba, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik. Bagaimana pun cuacara hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan hidup kita. Yang kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.
"Bila perlu berusahalah tersenyum dalam menghadapi situasi sesulit apa pun. Ada saat-saat di mana kita harus pasrah dan tertawa. Humor dalam hidup ini sangat penting. Jangan lupa bahwa hal-hal sederhana ini dapat membantu Anda mempertahankan perspektif ," kata Dale Carnegie, pendiri Dale Carnegie & Associates.
Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. saat itu kita tengah menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.
Demikian pula ketika tengah dihadapkan pada masalah-masalah berat, senyum kita sedikit banyak akan membantu melepaskan ketegangan. Selanjutnya, biarkan diri kita rileks, pandang kenyataan di hadapan kita secara positif, karena dengan begitu kita bisa mengambil hikmah dari apa yang tengah dihadapi. Lalu pikirkan hal-hal yang dapat mengembalikan kegembiraan kita.
Jadi, senyuman mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Tidak heran kalau ada hadis yang berbunyi, “Senyuman adalah sedekah”. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad mewajibkan setiap umatnya agar bersedekah setiap hari. Jika kita tidak mempunyai apa-apa yang bisa disedekahkan, maka tersenyumlah. Penulis adalah presma HMJ Terjemah Bahasa Inggris UIN SGD Bandung
READ MORE -
Bersedekah dengan Senyuman