Kebaikan berubah kebaikan


Suatu ketika seorang pemuda berjalan di tengah hutan. Tiba-tiba ia mendengar jeritan orang meminta tolong. Dilihatnya kemudian seorang pemuda sebaya hampir tenggelam di dalam lumpur. Dengan sekuat tenaga ia kemudian memberikan pertolongan, dan pemuda yang terperosok dapat diselamatkan.. lalu diantar pulang ke rumahnya.
Ayahnya yang bangsawan sangat berterima kasih, dan kemudian memberi uang. Tapi pemuda penolong menolak halus pemberian itu. Ia berkata, sudah selayaknya manusia menolong orang lain yang mengalami kesulitan. Sejak kejadian itu mereka menjalin persahabatan.
Pemuda penolong adalah pemuda miskin. Tapi ia bercita-cita jadi dokter. Keinginan itu terwujud, karena ayah pemuda yang ditolong mau memberi beasiswa. Pemuda miskin itu bernama Alexander Fleming, yang kemudian terkenal sebagai penemu obat Penisilin.
Di tempat lain, pemuda bangsawan jadi tentara. Dia terluka parah di sebuah medan tempur. Lukanya kemudian infeksi dan mengakibatkan demam tinggi. Ketika itu belum ada obat infeksi. Tapi dokter yang merawat akhirnya mecoba menyuntikan Penisilin temuan baru Alexander Fleming. Apa yang terjadi? Berangsur-angsur demamnya reda dan pemuda bangsawan itu sembuh. Dialah Winston Churchil, salah seorang Perdana Menteri Inggris yang terkenal.
Pada kisah tersebut kita lihat bahwa kebaikan yang dikeluarkan oleh manusia mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Namun akhirnya kembali ke orang yang menebarkannya pertama kali. Kebaikan akan berbuah kebaikan.
READ MORE - Kebaikan berubah kebaikan

Menggunakan Waktu Dengan Baik

Mengisi hidup ibarat mengisi sebuah botol dengan batu, air, pasir dan kerikil. Mana yang harus lebih dahulu dimasukan? Jika terlebih dahulu memasukan air ke dalam botol kemudian pasir, kerikil, bisa dipastikan batu tidak akan termuat. Tetapi kalau memasukan batu terlebih dahulu, keajaiban akan terlihat. Diantara bongkahan batu, kerikil bisa dimasukan. Lalu diantara kerikil, bisa disisipkan pasir. Dan di sela-sela butiran pasir masih bisa meresapkan air ke dalamnya.
Demikian juga dalam kehidupan. Jika hidup diisi dengan melakukan hal-hal penting dan utama, maka hidup kita akan diperkaya hal-hal yang kecil. Sebaliknya, kalau bersibuk ria dengan hal-hal kecil, maka hal-hal besar, penting dan utama pasti akan terabaikan.

Setiap orang diberi waktu sama, dua puluh empat jam. Namun, kadang kita belum bisa memanfaatkannya secara optimal. Banyak waktu terbuang percuma dan kurang produktif. Seandainya sehari bukan 24 jam, tetapi 30 jam, tetap saja kita tidak bisa memanfaatkannya secara maksimal.
Ada peribahasa yang mengatakan bahwa kekayaan yang hilang dapat dicari kembali dengan berlaku hemat dan rajin. Kesehatan yang terganggu dapat sembuh kembali dengan berobat, tetapi waktu yang hilang terbuang tidak dapat dicari lagi untuk selamanya.
Kalau kita perhatikan dengan seksama riwayat hidup orang-orang besar yang telah sukses mencapai kemajuan dalam hidupnya, pasti akan kita jumpai bahwa salah satu rahasianya adalah karena mereka pandai menghargai waktu. Mereka pintar memanfaatkan waktu secara produktif. Tidak ada waktu yang terbuang percuma, meskipun bagaimana sibuknya pekerjaan yang mereka hadapi. Sebagai contoh, Muhammad Hatta, Wakil Presiden RI pertama. Ia terkenal sebagai seorang yang sangat menghargai waktu. Suatu hari ia mengadakan janji pertemuan dengan para pemimpin dari Sumatra pada jam lima sore. Tepat jam lima mereka belum muncul. Beberapa menit kemudian mereka dating, tapi Hatta menolak dengan mengatakan, “Sekarang sudah jam lima seperempat, sayang sekali saya tidak dapat menerima saudara-saudara lagi.”
Ada seorang ibu yang sehari-hari berkutat dengan urusan rumah tangga: memasak, mencuci, mengasuk anaknya dan lain-lain. Ketika semua pekerjaan rumah selesai, saat anaknya sudah mulai tidur, pada waktu itulah digunakan untuk menulis. Beberapa saat saja ia menulis, kadang setengah halaman, kadang sehalaman, sampai akhirnya menjadi buku yang tebal-tebal. Dialah Marison Harland, pengarang perempuan ternama. Dia telah memberikan contoh dalam sejarah bahwa dia menulis buku-bukunya yang terkenal bukan pada waktu yang santai tetapi pada waktu luang di saat anaknya sedang tidur.
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa menggunakan waktu dengan baik?
Islam memberikan jalan keluar yang baik. Dalam Al-Quran ada surat yang mengkhususkan diri tentang waktu yakni surat al-Ashr yang artinya waktu. Surat itu berbunyi yang artinya,
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya tetap sabar.”
Jika kita tidak mengisi hidup dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka jelas kita termasuk dalam orang yang mengalami kerugian. Waktu akan membawa manusia bertambah tua, maka manfaatkanlah waktu muda dengan bekerja yang baik dan melakukan amalan-amalan saleh. Manusia tidak akan selalu sehat, suatu hari pasti akan sakit, maka manfaatkanlah waktu sehat dengan berbuat baik terhadap orang lain dengan saling tolong menolong. Roda waktu terus berputar, ia akan mengubah seseorang menjadi kaya atau miskin. Maka manfaatkanlah waktu kita kaya dengan banyak mendermakan harta kepada orang miskin dan yatim piatu.
Hidup ini harus diisi dengan keseimbangan dan kualitas hidup yang baik. Keseimbangan dan kualitas hidup ini dicirikan oleh interaksi empat kebutuhan dasar, yakni spiritual, fisik, mental dan sosial. Kebutuhan spiritual dipenuhi dengan mengadakan salat, puasa, zikir, haji dan ibadah hablum minallah lainnya. Kebutuhan fisik, mental dan sosial dipenuhi dengan berbuat baik terhadap sesame, saling tolong menolong, saling menasehati supaya tetap berada dalam jalan yang lurus, bersikap jujur dan ibadah hablum minannas lainnya.
Ada tiga hal agar dapat menggunakan waktu dengan baik, yakni tidak menunda-munda pekerjaan, tetap fokus pada prioritas dan tidak keluar jalur. Menunda-nunda pekerjaan berarti menumpuk-numpuk pekerjaan. Apabila pekerjaan itu sudah menggunung maka kita akan kewalahan sendiri mengerjakannya. Menunda-nunda pekerjaan biasanya terjadi akibat kita tidak mampu mengerjakan pekerjaan itu sehingga kita menjadi malas dan melarikan diri dari beban. Cara terbaik menghentikan penyakit ini adalah bersikap disiplin diri. Lakukanlah latihan-latihan disimplin waktu. Umpanya mencoba salat tepat pada waktunya. Setelah azan selesai, segeralah bergegas menunaikan salat. Anda akan menemukan keajaiban jika sering melaksanakan salat tepat pada waktunya. Anda akan disiplin melaksanakan hal-hal lain seperti tepat waktu menghadiri acara dan sebagainya. Cobalah!
Fokus pada prioritas adalah penting supaya tidak terjebak melakukan pekerjaan yang sifatnya tidak penting dan membuang waktu. Kerjakanlah terlebih dahulu hal-hal yang utama, penting, besar baru kemudian jika ada waktu luang boleh mengerjakan hal-hal ringan seperti ngobrol dan sebagainya.
Jadi, agar kita tidak menyesal di hari tua, sebelum jatuh miskin atau sebelum terkena sakit maka lakukanlah perbuat-perbuatan baik. Jika ada saudara, teman yang keluar dari jalur kebenaran maka tugas kita untuk menasihatinya agar kembali ke jalan yang lurus. Intinya, supaya kita tidak termasuk orang yang rugi, maka berbuat baiklah.
READ MORE - Menggunakan Waktu Dengan Baik

Pengaruh Sentuhan Dalam Pergaulan

Bernie Siegel, baru-baru ini melakukan penelitian tentang ‘khasiat’ sentuhan berupa ciuman seorang ibu bagi anak-anaknya atau istri kepada suaminya. Sampel diambil dari kalangan peserta (suami) yang naik mobil pribadi untuk ke kantor dan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama ialah para suami yang berangkat ke kantor dengan terlebih dahulu dicium oleh sang istri, dan kelompok kedua adalah mereka yang pergi ke kantor tanpa dicium sang istri. Sestelah beberapa waktu ditemukan bukti yang menakjubkan. Suami yang pergi ke kantor dengan ciuman sang istri lebih memiliki kemungkinan kecil untuk mengalami kecelakaan di perjalanan daripada mereka yang berangkat kerja tanpa meresakan kecupan mesra sang istri. Ternyata kualitas dan antusias bekerja pun mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Kecupan tulus sang istri ketika memberangkatkan sang suami ternyata juga telah meminimalkan munculnya wanita idaman lain.

Di pihak lain, seorang anak yang diberangkatkan sekolah oleh sang ibu dengan kecupan sayang ternyata memberi dampak yang luar biasa dalam prestasi sekolahnya, bahkan kecupan tersebut mampu meredam kemarahan untuk berkelahi di sekolah daripada mereka yang diberangkatkan oleh baby sitter (Pengasuh anak).
Ciuman adalah bahasa sentuhan yang paling mujarab dalam hubunga keluarga. Ciuman istri kepada suami atau orang tua kepada anaknya membuahkan suatu kualitas hubungan sempurna dalam keluarga. Bila anda adalah orang tua atau suami/istri, dan terasa kering dalam membina hubungan, maka cobalah bahasa sentuhan, cium anak anda dengan tulus. Cium suami atau istri anda dengan tulus. Cobalah!
Dalam kajian haptika (studi tentang sentuh menyentuh), sentuhan mempunyai pengaruh yang besar dalam sebuah komunikasi. Beberapa studi menunjukan bahwa sentuhan bersifat persuasif. Misalnya, orang yang lengannya disentuh lebih terdorong untuk menandatangi suatu petisi daripada mereka yang tidak disentuh.
Sentuhan jauh lebih bermakna daripada kata-kata. Bila seorang sahabat terkena musibah, menepuk bahunya jauh lebih menenangkan baginya daripada kata-kata, “Saya turut berduka cita.”
Dalam keluarga, hubungan akan terasa kering manakala diantara anggota keluarga tidak ada saling sentuh. Jika hubungan antara orang tua dengan anak terasa kering, maka sentuhan dapat memberikan rasa kehangatan dan kenyamanan.
Banyak sekali bahasa sentuhan yang bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Nabi SAW., saat mengutus seseorang untuk melaksanakan suatu tugas, beliau selalu menepuk bahu atau dada sahabatnya. Tepukan itu memberikan kenyamanan dan rasa percaya diri bagi si sahabat.
Eric Berne mengembangkan suatu teori hubungan social yang ia sebut Transactional Analisysis (1961). Teorinya berdasarkan hasil penelitian mengenai keterlantaran indrawi (sensory deprivation) yang menunjukan bahwa bayi-bayi yang kekurangan belaian dan hubungan manusiawi yang normal menunjukan tanda-tanda kemerosotan fisik dan mental yang bisa berakibat fatal. Ia menyimpulkan bahwa sentuhan emosional dan indrawi itu penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ia menyimpulkan teorinya, “If you are not stroked, your spinal cord will shrivel up” (Jika engkau tidak mendapatkan belaian, urat syaraf tulang belakangmu akan layu).
Dalam arti luas, belaian atau sentuhan mengisyaratkan pengakuan atas kehadiran orang lain. Karena itu, belaian dapat digunakan sebagai unit dasar tindakan social. Seorang ibu menunjukan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Seorang atasan menunjukan simpatinya kepada bawahannya yang istrinya baru meninggal dengan menepuk bahunya. Jabatan tangan yang erat bisa menyampaikan lebih banyak pesan daripada kata-kata.
Jadi, jika kamu ingin mempengaruhi pasangan, rekan bisnis, keluarga, maka bahasa sentuhan bisa menjadi senjata yang efektif. (artikel selanjutnya akan membahas teknik-teknik sentuhan yang bisa bikin pasangan klepek-klepek)

READ MORE - Pengaruh Sentuhan Dalam Pergaulan

Keahlian Besosialisai Mendongkrak Prestasi




150 manajer top yang ditanyai sebuah majalah, menempatkan keahlian bersosialisasi sebagai penunjang utama kemajuan.
Menurut psikolog, Fred W. Schmid, hanya pada tahap awal karier keahlian penting. Pada tahap kedua, hubungan antar manusia yang menentukan seperti cara bekerja dalam satu tim, hubungan dengan rekan sekerja, bawahan, atasan dan cara seseorang mengemukakan ide.
Sementara itu, penelitian selama 20 tahun yang mengikuti kemajuan para pemegang gelar MBA dari Stanford University menunjukan bahwa lulusan-lulusan yang paling berhasil (yang diukur dengan kenaikan karier dan gaji) berbagi ciri-ciri kepribadian yang menandai komunikator yang baik, yaitu: keinginan membujuk, minat berbicara dan bekerja dengan orang lain, dan keramah-tamahan.
Untuk bisa bersosialisasi dan mengembangkan teknik komunikasi, Anda harus belajar beberapa keterampilan, diantaranya:
• Teknik-teknik dasar dalam menangani manusia, seperti cara mengemukakan pendapat, cara menegur, cara memberikan pujian yang tulus.
• Teknik-teknik agar orang bisa menyukai Anda, seperti bagaimana agar selalu gembira, menaruh minat kepada orang, tersenyum, mengingat nama, dan cara mendengarkan yang baik.
• Teknik-teknik mempengaruhi orang, seperti bersimpati terhadap ide-ide orang, memberi motif-motif mulia, dan cara mendramatisir ide

Jika Anda merasa kemampaun bersosialisasi dan berkomunikasi Anda kurang sehingga kurang berprestasi dalam pekrjaan Anda, maka mulailah dari sekarang untuk mengembangkan keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi. Anda bisa mengikuti pelatihan atau kursus pengembangan diri. Atau kalau ingin yang lebih murah, baca buku-buku pengembangan diri.
Salah satu buku yang sukses mengantarkan jutaan orang menuju keberhasilan dalam semua bidang yaitu buku Dale Carnegie, yang berjudul Bagaimana mencari kawan dan Mempengaruhi orang.
Bersosialisasi itu mudah kalau sudah tahu trik-trik. Secangkir kopi hangat plus senyuman ramah bisa menarik siapa pun menjadi sahabat Anda!

Tulisan yang akan datang, “Jalan Pintas Menjadi Terkenal”.
READ MORE - Keahlian Besosialisai Mendongkrak Prestasi

Ayah Lupa, Nak!

Bagi para orang tua, sebelum Anda mengkritik anak-anak Anda, ada baiknya Anda baca salah satu jurnal klasik Amerika, ‘Ayah juga Lupa’. Awalnya artikel ini muncul sebagai satu editorial dalam majalah People’s Home Journal.
‘Ayah juga Lupa’, adalah salah satu dari tulisan-tulisan kecil yang – ditulis cepat dengan perasaan tulus – menggugah hati begitu banyak pembaca, sehingga menjadi satu tulisan cetak ulang yang abadi dan disukai. Sejak munculnya pertama kali, ‘Ayah Juga Lupa,” telah diproduksi kembali dalam ratusan majalah, dan dalam koran-koran dunia. Artikel ini sudah diterjemahkan kedalam hampir semua bahasa yang ada. Aneh, satu tulisan ringan bisa secara misterius membius daya tarik manusia di amana-mana untuk membacanya.
Iniah artikel itu.

Ayah Juga Lupa
W. Livingstone Larned

Dengar, nak: Ayah mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika Ayah sedang membaca koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah ayah datang masuk untuk menghampiri pembaringanmu.
Ada hal-hal yang Ayah pikirkan, Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar beberapa barangmu ke lantai.
Saat makan pagi ayah juga menemukan kesalahan. Kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu-buru makananmu. Kau meletakan sikumu di atas meja. Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di atas rotimu. Dan begitu kau baru mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambiul berseru, “Selamat jalan ayah!” dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab, “Tegakkan bahumu!”

Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari. Begitu ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermian kelereng. Ada lubang-lubang pada kaus kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu, lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah. Kaus kaki mahal – dan kau yang harus membelinya, kau akan lebih berhati-hati! Bayangkan itu, Nak, itu keluar dari pikiran seorang ayah!
Apakah kau ingat, nantinya, ketika ayah sedang membaca di ruang perpustakaan, bagaimana kau datang dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika ayah terus memandang koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu. “Kau mau apa?” semprot ayah.
Kau tidak berkata sepatah pun, melainkan berlari melintas dan melompat ke arah ayah, kau berlari melintas dan melompat ke arah ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher ayah dan mencium Ayah, tangan-tanganmu yang mungin semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang telah Tuhan tetapkan untuk mekar di hatimu dan yang bahkan pengabaian sekali pun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi, bergegas naik tangga.
Nah, Nak, sesaat setelah itu koran jatuh dari tangan ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa ayah. Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan? Kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca – ini adalah hadiah ayah untukmu sebagai seorang anak lekai. Bukan berarti ayah tidak mencintaimu; Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun ayah sendiri.
Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium ayah sambil mengucapkan selamat tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan ayah sudah berlutut di sana, dengan rasa malu!
Ini adalah sebuah rasa taubat yang lemah; Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal semacam ini kalau ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari ayah akan menjadi ayah sejati! Ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah ayah kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut ayah. Ayah akan terus mengucapkan kata ini seolah-olah sebuah ritual: “Dia Cuma seorang anak kecil – anak lelaki kecil!
Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang lelaki. Namun, saat ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk berbaring dan letih dalam tempat tidurmu, Ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendngan ibumu, kepalamu berada di bahu ibumu. Ayah sudah minta terlalu banyak, sungguh terlau banyak”
Somoga tulisan di atas menggugah kesadaran para orang tua untuk membuat jembatan pengertian dengan anak-anaknya. Melembutkan sikap dan perasaan terhadap anak akan membantu mereka menjadi anak yang sebenarnya, tertawa polos, bermain, menangis, merengek, memeluk hangat.
READ MORE - Ayah Lupa, Nak!

Bersedekah dengan Senyuman

Jeanne Calmet, yang dinobatkankan oleh Guinnes Book of Record edisi Inggris sebagai orang tertua di dunia, memberikan resep sederhana tentang rahasia umurnya yang panjang. “Saya banyak tersenyum, dan itulah cara saya bertahan hidup,” ungkapnya. Calmet merupakan contoh orang yang berkepribadian kuat. Dia selalu berusaha mengatasi stres dan rasa sedih. Hingga usia 116 tahun, ia masih sanggup mengayuh sepeda, menghisap rokok, dan minum segelas anggur setiap hari.
Ternyata senyum memberikan pengaruh yang positif terhadap kehidupan manusia. Bahkan senyuman bisa menjadi jamu awet muda, seperti penemuan ilmuwan Amerika, bahwa orang yang sering tersenyum mempunyai sedikit kerut di wajah. Soalnya 17 otot yang dipakai kala kita memperlihatkan mimik gembira, membentuk suatu jaringan-jaringan yang mengencangkan kulit. Orang yang suka mengeluh memerlukan 43 otot yang tidak ada hubungannya satu sama lain dan menyebabkan kerut-kerut yang dalam. Ternyata garis-garis di wajah akan makin dalam terbentuk apabila kita marah, stres, atau dirundung kesedihan.

Senyuman memang bukan sesuatu yang berharga, akan tetapi mengandung keuntungan yang banyak. Orang yang menerima senyuman akan merasa mendapat kekayaan, sedang orang yang memberikannya tidak akan merasa rugi. Orang yang sekaya-kayanya akan merasa miskin jika ia tidak bisa tersenyum. Sebaliknya orang yang semiskin-miskinnya akan merasa kaya, kalau ia selalu tersenyum. Senyuman memberikan kebahagiaan dalam rumah tangga, menimbulkan semangat dalam bekerja dan menjadi perekat dalam persahabatan.
Senyuman itu ibarat perhiasan batin yang mempercantik perhiasan lahir yang kurang menarik. Seseorang yang cantik atau ganteng akan terlihat tidak menarik jika wajahnya jarang sekali tersenyum. Tetapi orang yang secara lahiriah tidak cantik atau ganteng akan terlihat menarik jika wajahnya selalu menampakan senyuman. Sayang, banyak yang tidak menyadari perhiasan batin ini. Kebanyakan orang lebih suka mempercantik diri dengan merias wajah, menata rambut, memakai pakaian bagus dan mahal, menggunakan perhiasan mahal dan sebagainya. Padahal secara naluriah, orang lebih suka bergaul dengan orang yang biasa-biasa saja namun ramah senyuman daripada dengan orang yang perlente tapi angkuh.

Apabila Anda bertamu ke rumah seorang kenalan, Anda akan merasakan waktu sejam terasa sepuluh menit jika si tuan rumah menyambut dan berbicara pada Anda dengan senyuman. Tetapi kalau Anda disambut dengan raut cemberut, maka Anda akan merasakan waktu semenit terasa sejam. Contoh lain, seorang ibu yang marah pada anaknya yang balita karena memecahkan piring atau mengotori lantai. Akan tetapi, apabila dari mulut anak itu tersungging sebuah senyuman, maka kemarahan si ibu akan lenyap seketika.
Tetapi, senyuman yang dipaksakan justru akan terlihat semakin tidak menarik. Semua orang dapat menilai mana senyuman yang asli yang keluar dari lubuk hati dan mana senyuman yang palsu yang dibuat-buat. Mengapa senyuman tidak bisa dibuat-buat, karena senyuman adalah cermin dari perasaan gembira. Jika perasaan sedang marah maka senyumannya akan terlihat palsu. Oleh karena, kita wajib selalu gembira di setiap waktu.
Lalu, bagaimana caranya supaya kita senantiasa tetap gembira?
kendalikan perasaan dan juga kehidupan ke arah yang positif. Dengan pikiran, kita dapat mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau bosan menjadi penuh gairah. Seperti kata Marcus Aurelius, seorang filsuf, bahwa "Hidup kita ditentukan oleh pikiran".
Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi senang. jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan, kita akan menjadi takut. Stanley R. berpendapat, "Pada saat keluar rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu akan menjadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat tergantung pada cara kita berpikir."
Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling membosankan. Atau kita masih belum juga mendapatkan pasangan hati, hidup terasa hampa. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan melihat bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil merasakan kesejukan embun, tanpa memikirkan kantung yang semakin menipis atau jodoh yang belum kunjung tiba, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik. Bagaimana pun cuacara hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan hidup kita. Yang kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.
"Bila perlu berusahalah tersenyum dalam menghadapi situasi sesulit apa pun. Ada saat-saat di mana kita harus pasrah dan tertawa. Humor dalam hidup ini sangat penting. Jangan lupa bahwa hal-hal sederhana ini dapat membantu Anda mempertahankan perspektif ," kata Dale Carnegie, pendiri Dale Carnegie & Associates.
Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. saat itu kita tengah menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.
Demikian pula ketika tengah dihadapkan pada masalah-masalah berat, senyum kita sedikit banyak akan membantu melepaskan ketegangan. Selanjutnya, biarkan diri kita rileks, pandang kenyataan di hadapan kita secara positif, karena dengan begitu kita bisa mengambil hikmah dari apa yang tengah dihadapi. Lalu pikirkan hal-hal yang dapat mengembalikan kegembiraan kita.
Jadi, senyuman mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Tidak heran kalau ada hadis yang berbunyi, “Senyuman adalah sedekah”. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad mewajibkan setiap umatnya agar bersedekah setiap hari. Jika kita tidak mempunyai apa-apa yang bisa disedekahkan, maka tersenyumlah. Penulis adalah presma HMJ Terjemah Bahasa Inggris UIN SGD Bandung
READ MORE - Bersedekah dengan Senyuman

Biarkan Orang Lain Yang Lebih Banyak Berbicara

Membiarkan orang lain yang lebih banyak berbicara daripada Anda, akan menolong situasi-situasi sulit dalam hubungan rumah tangga atau pekerjaan.
Hubungan Barbara Wilson dengan puterinya, Laurie, semakin hari semakin memburuk. Laurie yang tadinya adalah seorang anak pendiam, puas dengan dirinya, telah tumbuh menjadi seorang yang tidak mau bekerja sama, kadang-kadang sebagai remaja yang suka bertengkar. Nyonya Wilson memberi nasihat, mengancam, menghukumnya, namun semuanya itu tanpa hasil.

“Suatu hari,” ucap nyonya Wilson, “saya sudah menyerah. Laurie sudah tidak mau mematuhi saya, dan dia telah minggat dari rumah untuk berkunjung ke rumah kawan gadisnya, sebelum dia menyelesaikan tugasnya. Ketika dia pulang, saya sudah mau berteriak padanya untuk yang kesepuluh ribu kali. Tapi saya benar-benar sudah tidak mempunyai kekuatan lagi untuk melakukannya.”
Nyonya Wilson hanya memandang Laurie dan berkata dengan sedih, “Mengapa, Laurie, mengapa?”
Laurie memperhatikan kondisi ibunya, dan dengan suara tenang dia bertanya, “Ibu benar-benar ingin tahu?”
Nyonya Wilson mengangguk. Maka Laurie pun mengungkapkan isi hatinya. Mula-mula dengan ragu-ragu, tetapi kemudian semuanya mengalir keluar. Laurie menumpahkan segala isi hatinya, dan Nyonya Wilson cukup mendengarkannya dengan baik. Semenjak itu hubungan mereka dengan cepat kembali membaik.
Kepada temannya, Nyonya Wilson mengungkapkan, “Ternyata salama ini saya tidak mau mendengarkannya. Saya selalu mengatakan kepadanya ini dan itu. Ketika dia ingin menyampaikan pada saya tentang pikiran, perasaan, idenya, saya akan menyela dengan lebih banyak lagi perintah-perintah. Saya lalu sadar bahwa dia membutuhkan saya – bukan sebagai ibu yang bertindak seperti bos, melainkan sebagai tempat yang bisa dia percaya, sebuah tempat penumpahan kebingungannya saat ia tumbuh dewasa. Dan apa yang telah saya lakukan selama ini adalah terus saja berbicara sendiri padahal seharusnya saya mendengarkan, dan saya tidak pernah mendengarkannya.”
“Sejak saat itu, saya biarkan dia yang berbicara sepuas hatinya. Dia menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, dan hubungan kami telah membaik secara luar biasa. Dia kini menjadi orang yang bisa diajak kerjasama lagi.”
Jika dalam sebuah percakapan, Anda merasa tidak setuju dengan lawan bicara Anda, lalu Anda tergoda untuk menyelanya. Jangan lakukan itu! Itu berbahaya. Mereka tidak akan mempedulikan Anda sama dengan Anda tidak mempedulikan mereka. Apa yang Anda rasakan jika saat berbicara dan ide di pikiran masih banyak lalu tiba-tiba ada orang yang menyela ucapan Anda, maka Anda pasti akan jengkel dan akan membalas dengan tidak menyimak ucapan dia. Maka sabarlah untuk membiarkan mereka berbicara sepuas hatinya, berilah mereka respon positif dengan mendengarkannya secara sungguh-sugguh. Cobalah!
READ MORE - Biarkan Orang Lain Yang Lebih Banyak Berbicara